Menebus Janji, untuk Setapak Puncak Bawakaraeng

     Akhirnya janji yang pernah terucap di bibir kami saat masa-masa pendidikan dasar akan segera terpenuhi. Tidak hanya sampai di Pos 5, tetapi janji kami itu adalah menjejakkan kaki di puncak Gunung Bawakaraeng.
     Waktu berangkat yang telah kami sepakati bersama jauh-jauh hari sebelumnya, Jumat 05 april 2013. Jam menunjukkan pukul 15:30 dengan cuaca sore yang cerah di sekitar kampus unhas, menambah semangat kami untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan menuju puncak Gunung Bawakaraeng. Tak henti-hentinya kami bergantian keluar masuk mabes Korpala mencari alat dan bahan yang di perlukan untuk tam. Belum lagi sang kepala suku sibuk telpon sana-sini menghubungi teman-teman kami yang belum datang untuk segera ke Mabes Korpala. Beliaulah Noveryandi (Andi) sang kepala suku dikdas 26 yang sangat kami hormati.
     Perjalanan kami pun di mulai. Setelah mengisi blanko pelaporan diri dan semua lengkap kami pun minta restu pamitan dan berdoa bersama di pimpin langsung ketua umum korpala unhas periode 2013-2014, beliau adalah kanda Musyarifuddin (kanda Ari). Sebelum berangkat tidak lupa kami foto bersama team dengan pengurus.
     Jam menunjukkan pukul 17:45 kami meninggalkan Mabes Korpala UH. Senyum senior-senior mengiringi keberangkatan team kami seolah berpesan “semangat kawan dan banggalah jadi bagian dari keluarga besar KORPALA UNHAS”. Dengan senyum, suara hati kecilku menyahut : “inilah kami sang pendaki gunung dan rimba dari DD 26 KORPALA UNHAS”.
     Keberangkatan team pendaki kali ini didominasi oleh alumni dikdas 26 KORPALA UNHAS. Yang berangkat berjumlah 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Ada 8 orang dari dikdas 26 yang berhalangan untuk ikut dalam pendakian ke puncak G. Bawakaraeng. Di temani lima orang senior yang juga pembimbing saat kami dikdas, ada kanda Rusmin (PO saat dikdas), kanda Leon, kanda Ibnu, kanda Virno, dan satu-satunya perempuan yaitu kanda Fren (merangkap sebagai koordinator KC). Jadi, total jumlah keseluruhan team pendaki ada 20 orang.
     Dalam perjalanan menuju kota Malino tak henti-hentinya kami bercanda-tawa menikmati indahnya lekuk jalan demi jalan dengan suguhan pemandangan persawahan dari ketinggian, harum semerbak bunga terompet mengawal perjalanan kami sebelum masuk kota Malino. Hawa dingin mulai terasa menembus epidermis kulit saat melewati pinggiran bendungan Bili-bili. Dingin yang menyertai ba’da magrib tidak membuat semangat kami ciut. Tetap semangat dengan bernyanyi bersama lagu andalan “Godbless-Rumah Kita”.
     Semangat kawan !
     Setelah memasuki gerbang Malino Kota Bunga, kami mulai sibuk urus diri masing-masing berjuang melawan dinginnya malam. Sesekali kami tersadar dari lamunan karena guncangan mobil pick up yang menghantam lubang-lubang jalanan rusak.
     Tepat pukul 20:45, kami singgah di pasar sentral Malino untuk membeli sayuran, teng-teng dan feed suplemen lainnya. Saya, Arif, Arman, Appang, Accul, dan 5 cewek yang ikut itu adalah Tuti, Appe’, Irma, Fren, Ilmi ikut memasuki pasar Malino.
     Arif paling semangat dengan niat dari Mabes memang mau makan “kacang yang di bekukan dengan air gula merah” (katanya). Dan kami semua sebut itu teng-teng kacang, Hahahaa...gelak tawa teman-teman pecah di keheningan malam pasar malino karena mendengar ocehan Arif menyebut teng-teng seperti itu.
     Sesampainya di Desa Lembanna kelurahan Pattapang kecamatan Tinggimoncong kabupaten Gowa, pukul 22:00 tepatnya kami langsung bongkar muatan barang bawaan dari mobil. Sementara menurunkan carrier dari mobil kami kedatangan tamu 4 orang dengan 2 motor Yamaha Mio, yang kebetulan adalah teman Fian sang sopir. Kebetulan pula mereka juga berencana naik ke puncak G. Bawakaraeng jadi sepakat kami panggil untuk sekalian berombongan saja menuju puncak. Nah, sekarang team kami berjumlah 24 orang. Kami pun bersama-sama langsung menuju pinus dengan Carrier di pundak masing-masing.
     Sampai di pinus pukul 22:44 kami langsung membuat camp dengan playsheet untuk istirahat sebentar, kemudian ambil air, masak-masak dan makan malam sambil santai ngobrol sama teman-teman team di temani kopi penakluk dingin plus snack. Tidak terlupa pula kami bincang-bincang dengan teman SMP Fian dengan suguhan kopi hitam di temani teng-teng dan biskuit cokelat... nikmat malam ini kawan.
     Malam semakin larut, hawa dingin pun semakin menusuk kulit seakan tak memberi ruang untuk kami melawan. Jadi beku malam ini kawan. Kami pun memutuskan untuk segera berangkat agar tak beku di pinus Lembanna.
     Setelah kami selesai packing semua barang bawaan, pukul 23:30 kami berdoa bersama di pimpin kanda Ibnu Munzir. Kanda Rusmin (PO) memilih Accul sebagai leader dan saya sendiri sebagai second leader, kemudian kami melanjutkan perjalanan mendaki yang berbatu menuju pos 1.
     Begitu banyak rintangan yang kami lalui dari perjalanan pos 1 menuju pos 5 yang menjadi target tempat istirahat selanjutnya. Mulai dari pos 1 ke pos 2 walaupun jalannya tidak berbatu karena memasuki hutan dengan semak belukar setinggi 2 meter di pinggiran jalan. Tidak hanya itu team kami juga diperlambat oleh banyaknya pohon-pohon tumbang yang memaksa kami untuk tunduk, jongkok, ataupun panjat dan lompat untuk sampai di sungai pertama yang juga Pos 2. Tanpa istirahat sedikit pun kami langsung melangkahkan kaki berjalan menuju Pos 3. Kebetulan ada juga kami dapati pendaki lain yang buat camp di dekat sungai sebelum kami mendapati tanda Pos 3. Jadi teman-teman menyempatkan istirahat sebentar dan mengambil air minum dengan mengisi veldples masing-masing.
     Perjalanan kami berlanjut menuju Pos 4 tanpa istirahat lagi untuk sampai di Pos 5. Karena memasuki hutan yang agak lebat dan lembab beserta rotan berduri di pinggiran jalan, ditakutkan hutan yang lembab ada pacet yang bisa menghambat perjalanan malam kami.
     Pukul 02:21, setelah berjuang melawan dingin malam, menaklukkan jalan naik turun berbatu di lengkapi hiasan-hiasan pohon tumbang di sepanjang jalan, belum lagi hutan lembab dengan ancaman pacet dan lintah mengerikan, tidak sedikit pun membuat semangat kami pudar untuk maju terus menginjakkan kaki di Pos 5. Setelah sampai di pos 5 ada rasa lega dalam dada kami karena waktu istirahat tiba lagi. Setelah istirahat kurang lebih 20 menit kami langsung melanjutkan perjalanan memasuki semak berbatu dan pohon tumbang yang licin menjadi tantangan tersendiri di perjalanan kami menuju Pos 6.
     Memang berat tantangan dalam perjalanan ke Pos 6, apalagi energi kami sudah terkuras dari pos 1 sampai pos 5. Jadi, wajar sesekali terdengar keluhan dari teman-teman yang ada di baris paling belakang tetapi tetap kami saling memberi semangat.
     Sampai di pos 6, setelah istirahat sebentar kami langsung menuju pos 7 dengan berjalan santai saja menikmati pendakian licin yang berbatu bersama dinginnya malam. Sampai di pos 7 pun kami tidak lama karena hawa yang begitu dingin jadi, memaksa kami untuk melanjutkan perjalanan agar suhu badan kami tetap hangat. Lanjut cerita, bisa dikatakan kami berjalan menuju ke pos 8 dengan penuh khidmat, menghayati perjalanan yang membosankan karena tracknya yang begitu panjang. Berjalannya pun dini hari sampai menjelang adzan subuh berkumandang kami masih ada di jalur menuju ke pos 8. Istirahat dan saling menunggu anggota team yang sedikit lambat terutama anggota perempuan yang sudah lebih kecapaian. Di tengah perjalanan sering kami lakukan istirahat untuk memulihkan kembali energi kami, rasa ngantuk yang amat sangat membuat team selalu mau istirahat apa lagi di waktu subuh dingin, tetapi kami selalu di beri semangat PO untuk tetap lanjut ke pos 8 dulu baru kami istirahat dan minum-minum teh.
     Jam telah menunjukkan pukul 05:30 subuh kami belum mencapai pos 8. Karena bosan jalan dengan sedikit-sedikit berhenti saya bersama Accul sang leader memutuskan jalan agak lebih cepat di depan di ikuti oleh kanda Leon. Kebetulan juga PO mengamanahkan duluan saja untuk membuat minuman hangat kalau sudah sampai di Pos 8. Ok, saya pun bersama Accul memacu perjalanan menuju pos 8.
     Disambut munculnya mentari pagi yang di tandai dengan warna merah di langit pos 9, kami bertambah semangat dan terus menelusuri hutan yang menawarkan jalanan naik-turun, sekitar 300 meter lagi (menurut ku) akan sampai di pos 8 saya memberi semangat kepada Accul “ayo, broo..semangat karena sedikit lagi kita akan sampai“ :kataku sambil lari perlahan-lahan.
     Sampai di Pos 8 jam telah menunjukkan pukul 06:05, pagi yang dingin. Saya bersama Accul langsung bongkar carrier keluarkan kompor portabel dengan nesting untuk persiapkan air panas. Tidak lama kanda Leon telah sampai juga di pos 8 dan langsung duduk istirahat tanpa komentar karena sangat mengantuk.
     Tidak berselang beberapa menit rombongan team kami yang sebagian telah datang di pos 8. Cuma team perempuan dengan laki-laki 4 orang yang belum tiba. Mereka itu adalah Hendro, Arif, Arman, kanda Ibnu. Setelah menunggu sekitar 5 menit dan team yang telat datang belum muncul juga sementara PO menanyakan terus keberadaan mereka. PO langsung ambil tindakan dengan meminta saya untuk segera menyusul dan memanggil yang terlambat jauh di belakang. Walaupun kecapaian juga tetapi saya langsung bergegas berdiri menyusul anak-anak yang masih di belakang. Ternyata team perempuan yang lain istirahat tepat di tanda pos 8 karena terlalu kecapaian untuk sampai di sungai. Sementara team laki-laki yang lain menyempatkan diri untuk singgah istirahat sebelum masuk area pos 8.
     Jam yang telah menunjukkan pukul 09:00 sedikit melenceng dari perkiraan kami untuk sampai di Pos 10 atau puncak G. Bawakaraeng. Bagaimana tidak perjalanan dari pos 8 ke puncak sangat memakan lebih banyak waktu dari jalan biasanya. Kali ini saya dengan team lebih sering istirahat karena mendahulukan teman perempuan jalan paling depan setelah leader. Kita tau bahwa perempuan lebih cepat capek, banyak istirahat dan tetap tidak akan ditinggal tapi harus ditunggui jadi sama-sama team semua istirahat.
     Belum lagi salah satu anggota perempuan yaitu Appe’ yang mengalami trouble selalu merasakan sakit di kaki dan dada menuntut dia selalu berhenti untuk istirahat. Suatu kewajaran karena topografi medan dari pos 8 ke puncak itu memang sangat terjal pendakiannya.
     Tanpa berfikir panjang karena jarak ke puncak tinggal satu pos lagi, teman-teman yang baru pertama kali melakukan pendakian di gunung bawakaraeng di pimpin leader Accul yang lebih tau jalan langsung duluan meninggalkan kami yang menuggu Appe istirahat.
     Setelah sampai di puncak, anak yang duluan jalan tadi sudah saya dapati berada di puncak triangulasi mengambil gambar bersama-sama, di tempat Camp kami istirahat sambil menuggu PO yang menemani Appe di belakang. Saat PO datang kami langsung di minta untuk mendirikan tenda mengambil air untuk masak-masak. Menu kali ini adalah ayam goreng ala “upin-ipin” di tambah sayur mie plus sosis ayam, waah,.. mantap kawan, ayo makan dulu.. Jangan begitu, jangan malu-malu anggap rumah sendiri. Dan segera setelah kami makan, istirahat pun datang waktunya.
     Kurang lebih pukul 15:15, kami terbangun dari tidur oleh hujan keras yang membuat tenda harus di perbaiki posisinya karena kemasukan air. Tanpa rasa peduli saya dengan Arif yang kebetulan setenda berdua, cuek saja dengan keadaan di luar yang masih hujan. Padahal teman-teman yang lain sibuk basah-basah terkena air hujan hanya untuk memperbaiki tenda mereka. Setelah hujan reda saya pun bangun untuk perbaiki tenda yang kemasukan air.
     Anak-anak yang lain sibuk memasak air sambil minum-minum kopi, teh ataupun susu sachet. Terdengar dari mereka kalau akan kembali ke puncak mengambil gambar dengan keindahan sunset di sabtu sore 06 april 2013. Betul juga setelah selesai minum-minum kopi mereka naik di puncak ambil gambar, tinggal saya dengan senior-senior yang masih tidur tidak ikut ke puncak dan hanya jaga tenda.
     Sebelum mereka kembali dari puncak PO meminta saya untuk mengolah ransum. Tanpa banyak pikir alat masak dan bahan makanan pun langsung saya persiapkan. Jam menunjukkan 18:15 teman-teman kembali dari puncak dan membantu menyiapkan makan malam.
     Menu kali ini adalah ikan kering goreng di padukan sup hangat penangkal dingin ala Gunung Bawakaraeng. Teman-teman cewek pun siap untuk membuat sup ala “bawakaraeng” tersebut. Bau harum bawang goreng memecah suasana kumpul kami, ikan kering yang sudah terpotong-potong pun siap untuk di goreng. Ok setelah semua siap tersaji tinggal santap, waktunya makan boss,.. kami makan dulu...
     Pukul 22:30, teman-teman masih asyik berbagi cerita sambil bercanda tawa ditemani snack dengan kopi hitam. Walaupun saya tidak ikut gabung karena kesehatan agak terganggu , tetapi saya bisa merasakan suasana damai di atas gunung Bawakaraeng.
     Tengah malam pun menyapa dengan hawa dingin tanpa api unggun. Kali ini membuat teman-teman cepat masuk tenda untuk istirahat. Tepatnya 23:00 semua team telah terlelap dengan senyum menyusuri dunia mimpi masing-masing. Selamat malam !
     Minggu pagi 07 April 2013, pukul 06:00 teman-teman sudah lebih dulu terbangun dan sibuk menyiapkan sarapan pagi. Dengan menu pagi ini nasi goreng ayam kecap plus sosis penambah energi untuk persiapan pulang menuju lembanna. Lezat, walaupun nasinya dicukupkan saja untuk semua.
     Pukul 08:00, selesai sarapan pagi kami bersama-sama membersihkan semua peralatan makan. Saya bersama Accul, Fian, Ibnu, Risto dan Hendro bertugas membawa peralatan masak dan makan ke tempat ambil air untuk di cuci. Setelah bergantian cuci muka, sikat gigi, dan mencuci alat makan, kami pun kembali ke tempat camp packing semua barang untuk persiapan pulang menuju pinus Desa Lembanna.
     Belum lagi, tadi malamnya semua team sepakat sebelum pulang kami akan foto-foto bersama di atas puncak. Nah semua telah siap dengan carrier masing-masing di pundak. Kami langsung menuju puncak ambil gambar sampai puas dengan menikmati pepsi blue, green fanta, dan snack biskuit cokelat.
     Sempat juga teringat sama PO bagi yang tidak bawa headlamp dan alat makan akan di beri sanksi ‘2 set’. Karena saya tidak bawa headlamp maka di beri sanksi 2 set, di ikuti Ibnu dan Fian pun di set masing-masing 2 set. Suatu budaya untuk membangun disiplin dalam keluarga besar KORPALA UH, tidak peduli senior dan KC tetap akan di beri sanksi. Luar biasa memang.
     Kembali kami terpuaskan suasana alam damai dengan keindahan manifestasi Tuhan sebagai titipan anugerah yang tetap harus di jaga. Memang betul hanya alam yang mengerti dan tidak akan mengecewakan kita semua selamanya kawan. Jadi, hargai ciptaan semesta ini.
     Jam telah menunjukkan pukul 10:00, artinya waktu ambil gambar harus segera di akhiri. PO pun telah memberi isyarat untuk packing kembali dan hanya puncak bawakaraeng yang jadi saksi team berdoa bersama di pimpin kanda Ibnu Munzir. Jam 10:15 kami come back to Lembanna itupun setelah beres-beres dengan memasukkan semua sisa sampah ke dalam kantong kresek dan membawanya turun gunung.
     Perjalanan pulang kami lancar-lancar saja buktinya pukul 10:35 kami sudah berada di pos 9 dan istirahat sebentar sebelum lanjut ke pos 8. Tidak ada tantangan berarti melewati jalan penurunan walaupun berbatu tapi tidak licin. Aman dan lancar.
     Pukul 11:00 kami telah berada di sungai pos 8 dan istirahat sebentar dengan menikmati snack biskuit, sempat juga bertegur sapa dengan pendaki yang kebetulan baru menuju puncak yang berjumlah 5 orang dengan 2 orang perempuan. Lumayan ada kenalan baru, dan satu hal yang patut di pahami bahwa suatu keharusan untuk mempererat tali silaturrahim antar pencinta alam.
     Nah, ini dia perjalanan yang akan memberi sensasi lebih dengan track panjang penuh tantangan pendakian dengan sedikit bonus penurunan yang patut di manfaatkan. Selesai istirahat dan siapkan fisik mental lebih baik untuk melanjutkan perjalanan kami karena tantangan telah menunggu.
     Inilah track pulang pos 8 ke pos 7, track yang tenar di bicarakan karena medan keras yang di laluinya. Awalnya teman-teman begitu bersemangat melanjutkan perjalanan dari pos 8 ke pos 7 yang di pimpin leader baru yaitu Appang, di ikuti Tuti, Arman, Ilmi dan Arif. Sempat juga appang salah ambil jalur saat melewati tanda di pos 8, dia ambil jalur atas memasuki hutan, tapi belum sempat terlalu jauh salah satu dari mereka heran dengan jalanan yang tidak familiar/tidak jelas. Maka saya mendapati mereka dan segera menunjukkan jalan yang benarnya.
     Saat di jalur normal teman-teman yang paling depan saling adu kecepatan. Mereka berlomba berjalan dengan sedikit lari-lari kecil menyusuri hutan dengan penurunan yang sedikit terjal. Kami team yang berada di tengah-tengah berjalan santai saja karena kami tau sebentar akan ada jalan pendakian sebelum sampai di pos 7 yang bakal menguras tenaga. Tidak berselang lama saat hampir mendapati pendakian kami pun telah dekat dengan teman-teman paling depan, mereka tengah istirahat di sungai kering, belum sampai kami ditempat mereka mau bergegas lagi berjalan dengan semangat begitu besar untuk sampai di pos 7. Tapi kanda Leon menyarankan untuk istirahat dulu menuggu teman-teman yang masih tertinggal di belakang. Kami pun istirahat memulihkan tenaga kembali.
     Tidak lama kemudian teman-teman yang di belakang tadi muncul dan ikut beristirahat diantara pos 8 dan pos 7. Begitu banyak Agast (sebutan kami nyamuk hutan) mengerumuni kami saat istirahat dan membuat kami tidak betah untuk istirahat. Bosan dengan kerumunan agast, kami memutuskan untuk segera berangkat belum lagi langit terlihat berkabut hitam seakan mendung tanda akan turun hujan, agar perjalanan kami konstan dan dinamis kami sepakat team perempuan untuk jalan paling depan semua di ikuti teman-teman yang laki-laki, Appe yang terkadang paling banyak minta untuk istirahat (maf) entah sakit atau kecapaian bawa cerrier, di minta untuk jalan paling depan jadi leader. Betul juga setiap 20 meter kami harus berhenti untuk menuggu Appe yang istirahat paling depan, belum lagi dia tidak sanggup membawa Cerrier dan terpaksa di bantu Appang. Sempat juga Appe muntah karena sakit dadanya (katanya begitu).
     Pos 7 masih jauh dan kami masih berada dalam perjalanan menuju ke sana. Hujan mengguyur kami saat pendakian di tengah hutan menuju pos 7, tetap kami saling memberi semangat satu sama lain. Rasa lelah kami seakan hilang saat hujan mengguyur kami dan semangat menggebu kami untuk sampai di pos 7 berapi-api, Pukul 13:00 kami semua baru sampai di pos 7 dan langsung memanfaatkan waktu untuk istirahat.
     Kurang lebih 15 menit kami istirahat di pos 7 kemudian langsung berangkat menuju pos 6 untuk selanjutnya planning kami istirahat di pos 5 dengan makan snack-snack. Pukul 14:00 kami telah sampai di pos 5 dan langsung mengeluarkan snack-snack penambah energi untuk di makan. Istirahat kami tidak berlangsung lama dan lanjut meneruskan perjalanan menuju Lembanna, tempat istirahat selanjutnya kami sepakat di sungai sesudah pos 3.
     Kurang lebih jam telah menunjukkan pukul 16:00, team kami telah tiba di pinus Lembanna. Tanpa mengulur banyak waktu lagi kami langsung menuju ke rumah Tata’ Rasyid, tempat dimana mobil kami parkir dan langsung bongkar carrier untuk di packing ke atas mobil. Sementara anak-anak yang lain bersih-bersih diri, ada juga yang duduk istirahat sambil santai-santai mengisap rokok, saya bersama Risto mem-packing carrier di atas mobil dengan mengikatnya dengan tali dan membuat pegangan dari webbing.
     Setelah semua beres di packing, kami pun pamit pulang sama Mama dan Tata. Tidak lupa juga kami berdoa bersama sebelum naik mobil meninggalkan Lembanna. Doa di pimpin kembali kanda Ibnu Munir. Selesai itu team langsung berangkat dan mobil pun meluncur cepat menembus kabut melewati penurunan dari Desa Lembanna.
     Saat perjalanan pulang dari lembanna menuju mabes KORPALA UH, teman-teman semua terlihat ceria, senyum tidak pernah hilang dari wajah mereka. Semua rasa lelah seakan hilang begitu saja saat melewati dan menikmati indahnya hamparan perkebunan dan persawahan petani Malino.
     Pukul 17:15 kami berhenti dan singgah lagi di pasar sentral Malino. Semua teman-teman turun mencari bahan makanan untuk di jadikan ole-ole pulang ke rumah masing-masing. Ada yang menikmati suguhan bakso dan siomay khas Malino, ada juga teman-teman yang masuk pasar membeli sayuran. Beberapa orang dari kami yang cuma nongkrong di pinggiran mobil sibuk memperhatikan cewek-cewek Malino yang lalu-lalang. Wajar buat cowok-cowok jomblo kurang kerjaan kaya’ Accul. Satu hal lagi sempat kami saksikan kejadian yaitu masuknya mobil sedan warna hitam ke dalam parit, tepat di arah jalan masuk ke pasar kalau dari kota Malino. Semua orang berlarian menuju tempat kejadian begitu juga teman-teman team pendaki dari KORPALA. Semua orang berlomba ingin tau apa sebenarnya yang terjadi. Usut punya usut ternyata rem yang di gunakan saat berhenti hanya rem tangan yang lepas dan membuat mobil sedan itu melaju masuk got. Masyarakat dan teman-teman pendaki lain ikut membantu mengangkat mobil kembali ke jalanan. Setelah selesai, perjalanan team kami lanjutkan kembali.
     Team sampai di mabes KORPALA UH, jam telah menunjukkan pukul 21:15. Semua barang di turunkan dari mobil untuk selanjutnya di bawa ke mabes dan semua barang team di keluarkan dari carrier. Kemudian kami satu persatu anggota team pamit pulang ke tempat masing-masing untuk istirahat. Kecuali kepala suku (Andi), Fian dan Accul bertugas mengembalikan mobil rental ke BTP.
kc_ DD-26 Korpala Unhas.

3 Responses to "Menebus Janji, untuk Setapak Puncak Bawakaraeng"

  1. Congratz guys .... theres not only mt.bawakaraeng u can achieve, theres still mt.kilimanjaro, elbrus n the others 7 summit to collect, ur the 7 summiters KORPALA generation .... GANBATTE

    best regards
    K.11502375

    BalasHapus
  2. salam lestari, dari saya alumnpendaki gunung ..jawa timur

    BalasHapus