“so CLOSE to HEAVEN”

 Rock Climbing On Tinoring, Toraja
 
"Climbing is so much about the process
and all of the lessons we learn along the way
but it sure is good to get to the top once in a while"
Chris Sharma

      Kabupaten Tana Toraja/Land of the Toraja yang terletak di Sulawesi Selatan masih merupakan salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara setelah Pulau Bali dimana tempat ini menyajikan budaya yang unik bagi para pengunjung antara lain berupa Tonkonan Pallawa (salah satu rumah adat masyarakat Toraja yang berada di antara pohon-pohon bambu di puncak bukit dimana tongkonan tersebut di dekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang di tancapkan dibagian depan rumah).
     Adapula Londa yakni berupa bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja, Ke’te Susu berarti pusat kegiatan dimana terdapat deretan rumah tongkonan, dan sekitar 100 meter di belakang deretan tonkonan ini terdapat situs pekuburan tebing dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar.
     Batu Tumonga yakni suatu kawasan yang terdiri dari 56 batu menhir/megalitikum dalam satu lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengahnya, Lemo adalah sebuah bukit menyerupai buah jeruk yang dihiasi sebuah kuburan yang di buat di bukit batu, Kambira yaitu kuburan bayi di pohon Tarra’. Upacara adat Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh dan masih banyak budaya unik yang lain.

“ Tana Toraja boundary was determined by the Dutch East Indies government in 1909. In 1926, Tana Toraja was under the administration of Bugis state, Luwu. The regency status was given on October 8, 1946, the last regency given by the Dutch. But now, Tana Toraja has been divided to two regencies that consist of Tana Toraja with capital is Makale and Toraja Utara with capital is Rantepao.”

     Tana Toraja juga menampilkan alam yang eksotik berupa gunung-gunung yang tinggi, sungai Sa’dan yang beriak dan berliku, tebing-tebing karst yang menggoda sehingga menjadi tempat adventure terbaik bagi penggiat aktivitas outdoor. Salah satu tebing karts yang menjadi tempat tujuan bagi para pemanjat tebing diantara sekian banyak bentangan tebing karst adalah Tebing Tinoring yang terletak di Kecamatan Mengkendek. Tebing Tinoring memiliki ketinggian vertical ± 30 - 110 meter dengan lebar tebing ± 300 meter dengan permukaan tebing yang kurang ditumbuhi oleh vegetasi.
     Sejarah bajing KORPALA UNHAS telah melakukan dua kali pemanjatan sebelumnya yakni pada tahun 1998 dalam acara saresehan panjat tebing yang diadakan oleh Mapala STIEM. Saresehan ini diikuti oleh Asrianto, Topan Sahabuddin, Baharuddin Burhan dan A. Pallawagau yang membagi diri dalam beberapa tim diantara sekian banyak tim yang diikuti oleh peserta sarasehan yang lain.
     Pemanjatan kala itu dihentikan pada ketinggian ± 80 meter karena ada peserta lain yang mengalami accident sehingga harus di bawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Pada tahun 2010 kembali KORPALA UNHAS mengirim utusan yakni Muh. Ibrahim dalam acara TWKM yang dihadiri oleh berbagai peserta dari Mapala seluruh Indonesia yang diadakan oleh Mapala STIEM. Namun lagi-lagi kembali pemanjatan dihentikan oleh sebuah accident yang dialami oleh salah satu peserta.
     Tahun 2013 ini, bajing K-UH kembali mengunjungi Tebing Tinoring dalam rangka kegiatan peningkatan skill pada bidang operasional panjat tebing yang terdiri dari Abd. Jalal, Rusmin N.G.K, Abd. Maliq, Fadli Isra Saite, Ahmad dan Loemay.
     Pada bulan Juni dari tanggal 8 sampai 12 tahun 2013, bajing K-UH melakukan pemanjatan dengan target mencapai puncak tebing menggunakan metode aid/artificial climbing dan sistem himalayan. Pemanjatan di tebing Tinoring ini memerlukan waktu selama 4 hari pemanjatan hingga puncak tebing yang berketinggian vertical ± 110 dari dasar atau dari entry point pemanjatan.
     Tim bajing K-UH 2013 tiba di lokasi pada tanggal 8 Juni namun memutuskan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu sambil mengamati permukaan tebing untuk mencari rute yang akan dipanjati nantinya, membuat basecamp di dasar tebing serta melakukan pendataan singkat dan melakukan pemberitahuan kepada Polsek Mengkendek juga Kepala Dusun dalam bentuk surat pemberitahuan. Keesokan harinya, tim mulai melakukan aktivitas di dasar tebing dengan mempersiapkan alat-alat pemanjatan, tim pemanjatan di hari pertama ini yakni Fadli dan Maliq sementara yang lainnya menjadi tim pendukung dan tim dokumentasi. Fadli memulai pemanjatan sebagai leader dengan memasang sejumlah pengaman berupa piton dan lubang tembus hingga tengah hari dengan ketinggian ± 20 meter.

menatap pitch pertama

     Maliq mengambil alih leader pemanjatan yang di belay oleh Fadli dan menambah ketinggian sampai ± 15 meter sebelum memutuskan untuk menghentikan pemanjatan karena hari menjelang malam. Tim kembali ke basecamp untuk beristirahat, dimana tim mendapat kunjungan dari Laga yang memang berdomisili dan bekerja tidak jauh dari lokasi pemanjatan.
     Malam harinya, waktu digunakan oleh tim untuk bertukar pengalaman dengan Laga sebagai salah satu bajing yang lama bergelut di panjat tebing Korpala Unhas sewaktu masih aktif sebagai mahasiswa di Universitas Hasanuddin. Di hari kedua, setelah Laga berpamitan pemanjatan kembali dilakukan yang kali ini oleh Jalal dan Rusmin sebagaimana yang di sepakati sewaktu evaluasi dan briefing di malam hari sebelumnya.
 plot jalur so Close to Heaven
 
     Jalal memulai pemanjatan dengan memasang sejumlah pengaman berupa stopper dan piton serta menggunakan sky hook untuk melewati crux menuju perencanaan Pitch I. Jalal menambah ketinggian ± 15 meter hingga tempat membuat Hanging Belay 1 tepat di pukul 11.00. Rusmin kemudian melakukan clean up sepanjang rute menuju Pitch I untuk bergabung dengan Jalal dan setelah tiba di Pitch I, Rusmin kemudian menyiapkan alat-alat pemanjatan sambil mengamati jalur yang akan dipanjati. Pemanjatan dimulai dengan mengambil jalur agak travesing kekiri untuk menghindari keadaan tegak lurus antara leader dan belayer.
     Leader memasang pengaman di sepanjang jalur yang dipanjati yang di dominasi dengan natural angkor berupa lubang tembus dan batang pohon kecil serta memasang 3 buah piton dan 1 buah hexentrik. Pemanjatan hari kedua dihentikan tepat di sore hari sebelum keadaan menjadi gelap pada ketinggian ± 75 meter atau tepat di Pitch II. Tim pemanjat kemudian kembali ke dasar tebing dengan descending pada tali fix.
     Pemanjatan hari ketiga di targetkan untuk mencapai top tebing Tinoring hingga di putuskan untuk terlebih dahulu memperbaiki skenario lintasan tali fix yang tidak mencukupi sampai puncak tebing. Setelah lintasan tali fix tersetting, maka pemanjatan kembali di lakukan oleh Ahmad yang di belay oleh Maliq. Ahmad memasang lima pengaman/runner sebelum rolling dengan Maliq akibat terjatuh pada saat melakukan free climbing. Maliq kemudian menjadi leader pemanjatan, memasang sejumlah piton dan menambat 2 buah lubang tembus hingga terbentur pada crux yang memaksanya terpaku lama di tempat itu.
red spot, puncak titik pemanjatan

     Jarak antara Maliq dan puncak tebing ± 5 meter sampai diputuskan untuk menunda pencapaiaan puncak tebing di hari itu akibat hujan deras yang turun di sore hari. Ahmad dan Maliq menyelesaikan rute pemanjatan setinggi ± 30 meter sebelum descending ke dasar tebing. Tim pun kembali berkumpul di base camp dan mendapat kunjungan dari saudari Suryanti (Uci) yang memang merencanakan berkunjung ke lokasi pemanjatan di sela-sela kegiatan berlibur ke kampung halamannya. Malam hari, tim terlelap setelah sebagian anggota tim mengantar saudari Uci kembali ke rumahnya yang tidak jauh dari lokasi basecamp.
     Pemanjatan yang tersisa ± 5 meter lagi diambil alih Jalal yang dibelay oleh Rusmin. Jalal menyiasati crux panjang ini dengan melakukan pemanjatan sky hook to sky hook sebanyak 3 kali transit hingga mendapatkan tempat pengaman sebelum mencapai puncak tebing. Kegembiraan tampak terasa di wajah setiap anggota tim setelah Jalal mencapai puncak tebing Tinoring karena akhirnya bajing Korpala Unhas memiliki jalur hingga top tebing Tinoring ini. Jalal dan Rusmin kemudian melakukan cleaning dan simpul lepas secara bergantian sambil memasang bendera jalur hingga dasar tebing.
     Tim kembali berkumpul di basecamp, beristirahat sejenak lalu membongkar tenda, setting alat-alat pemanjatan, membersihkan camp dari sampah dan berdoa kepada Tuhan sebelum meninggalkan lokasi menuju desa Pana, kediaman saudari Uci untuk recovery sejenak,...

     Malam hari di Pana, Enrekang dimanfaatkan dengan berdiskusi lepas dan santai antara sesama anggota tim yang menyepakati bahwa jalur artificial ini diberi nama “so CLOSE to HEAVEN”, yang mungkin disebabkan oleh beberapa kejadian ekstrem yang dialami oleh sebagian anggota tim…wallahua'lam…to be continued???
     And finally, team bajing 2013 say thanks for give us motivation for all member of KORPALA UNHAS and specially to : erni marlina, faisal akbar, ramli, haidir syam, ardiansyah, roni gasari, alan nurdiansyah and rustam abe.

0 Response to "“so CLOSE to HEAVEN”"

Posting Komentar